Entah sejak kapan kebiasaan ku ini berlanjut. Setiap pulang sekolah aku menghitung berapa langkah kaki ku dari sekolah sampai rumahku. Tapi selalu ku tidak bisa menghitung hingga selesai. Hari ini hampir saja ku menyelesaikannya tetapi terpotong dengan pertanyaan temanku, mengapa aku selalu menghitung langkah kaki ku sendiri setiap pulang sekolah. Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa. Belakangan ini setiap pulang sekolah dengan temanku, selalu tidak banyak bahan pmbicaraan diantara kita. Makanya daripada sunyi senyap sepanjang perjalanan aku menghitung saja. Temanku ini bernama Niko. Dia temanku dari SMP hingga saat ini. Dulu dia begitu ceria, bawel dan banyak maunya. Tetapi belakangan ini, dia lebih banyak diam. Aneh buatku, apa karena kelulusan sebentar lagi yang membuat dia agak ‘stress’ makanya tidak banyak bicara??
Aku sudah menghadapi UN dari 2 minggu yang lalu. Aku juga sudah keterima di sebuah universitas swasta di Jakarta. Tetapi ku tidak tahu sama sekali tentang Niko. Dia mau lanjut sekolah dimana, mau meneruskan ke jurusan apa, aku sama sekali tidak tahu. Setiap ku Tanya dia malah menjawab “gitulah” dan balik bertanya padaku “gimana tadi bisa ngerjainnya?”. Hmm,,kalau boleh jujur, kita tidak pernah biacara se-formal ini. Aku sahabatnya, dia temen ku dari 5 tahun yang lalu. Kalau bicara selalu ceplas-ceplos, ga jaim, atau kadang ngeledek yang membuatku agak emosi.
Perubahan Niko selalu membuat ku bertanya-tanya. Apa sebenarnya dia tahu kalo aku memendam rasa kepadanya? Ingin sekali ku menunjukkan rasa suka ku ini ke Niko, tetapi sangat sulit. Setiap pulang bareng dengannya aku berusaha untuk mengungkapkan perasaanku tapi selalu saja terhenti seperti ada penghalang didepanku. Ku selalu berdoa, suatu saat akan ada kesempatan yang tepat untuk jujur ke Niko tentang perasaanku ini. Tidak sengaja ku mendengar lagu zigaz – sahabat jadi cinta diradio.
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta’
Sahabat jadi cinta?? Mungkin ini yang sekarang kurasakan. Tiba-tiba hpku berdering. Aku langsung mengambil hpku dan menjawab telpon yang masuk. Ternyata yang menelpon adalah Niko.
Aku : “Hallo knapa Nik,,??”
Niko : “hallo ren,,kamu besok sore da rncana pergi ga??”
Aku : “ga,,knapa emangnya nik??”
Niko : “ok bagus kalo gitu,,besok temenin aku cari barang,,”
Aku : “boleh,,”
Setelah ku menutup telponnya, terbesit dalam hatiku, inilah jawaban yang Tuhan berikan untukku. Inilah kesempatan ku untuk mengungkapkan perasaanku. Karena aku yakin aku tidak bertepuk sebelah tangan. Kenapa?? Niko tidak pernah sekalipun menyapaku dengan panggilan ‘aku-kamu’ bahkan tidak pernah dia berbicara formal dan singkat seperti ditelpon tadi.
Dari jam tiga sore aku sudah siap. Padahal janjiannya jam setengah 5 sore. Niko menjemputku dan kita pun berangkat. Lagi-lagi tidak ada percakapan diantara kita. Aku terdiam, dan Niko sibuk mencari barang yang dia inginkan. Terus aku berusaha untuk membuka topik, supaya aku bisa mengungkapkan perasaanku. Tetapi mulutku tidak dapat bergerak seolah terkunci rapat. Hari ini berlalu begitu saja. Tanpa ada sesuatu yang dihasilkan. Aku benar-benar kecewa pada diriku sendiri.
Hari kelulusan pun tiba. Semua murid disekolah menerima predikat ‘LULUS’. Senangnya satu sekolah lulus semua. Tapi bagaimana dengan hubungan ku dan Niko? Niko menghampiriku dan memberikan selamat. Tapi tidak hanya ucapan selamat, ada kata-kata yang membuatku diam seribu bahasa.
Niko : “Rena,,aku,,keterima beasiswa ke Jerman, aku ngambil kedokteran disana..oia selamat ya kamu uda keterima di Binus,,”
Niko tersenyum manis dan meninggalkan ku yang terdiam seribu bahasa. What!? Beasiswa ke Jerman?? Kapan dia daftarnya?? Oh no,,aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku kesel sama Niko. Kenapa baru sekarang dia ngasih tahu nya. Tapi,,aku tidak bisa marah. Aku memang kecewa sama Niko yang tidak mengerti perasaanku tetapi aku juga merasa kecewa pada diriku sendiri yang tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaanku.
Hari itu tiba, dimana Niko akan pergi menimba ilmu ke sebuah Negara yang sangat jauh jaraknya. Dimana aku tidak bisa melihatnya lagi secara langsung. Aku hanya bisa melambaikan tanganku dengan senyuman terpaksa. Aku sangat menyesal, Tuhan sudah berikan kesempatan itu, tapi ku sia-siakan begitu saja. Ku mencoba menahan airmata ku. Dan mendoakan yang terbaik buat Niko sahabatku.
meninggalkan ku sendiri bersama bayanganku
seandainya kau tau aku kan selalu cinta
jangan kau lupakan kenangan kita selama ini’
Jumat, 09 April 2010
"Kesempatan yang Terlewati"
‘Satu kata yang sulit terucap
‘seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi
-Vierra “Seandainya”-
by
rena_rani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar